Rabu, 13 Januari 2021

SUDAH SAATNYA AMANDEMEN UUD 45 TAHUN 2002 DITINJAU KEMBALI

Umum

Melihat perkembangan kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah 22 tahun reformasi 1998, sepertinya perlu adanya pemikiran untuk meninjau kembali terhadap Amandemen UUD 45 tahun 2002.   Fakta menunjukkan terutama dalam Pilkada maupun Pemilu cost jauh lebih tinggi.   Jabatan seperti diperdagangkan .  Begitu buka buka Website LVRI, ternyata Majalah Veteran edisi ke 2 terbitan Desember 2010, Tokoh Veteran Bpk Letjen TNI (Purn) Sayidiman sudah mengusulkan perlunya Kaji Ulang Amandemen UUD 45.  Baru 8 tahun adanya Amandemen UUD 45 sudah diusulkan untuk adanya kaji ulang.   

Majalah Veteran Republik Indonesia ini baru terbit September 2010 era Ketum DPP LVRI Bpk Letjen TNI (Purn) Rais Abin.   Tidak ada salahnya harapan Bapak Sayidiman perlu diulas kembali, sehingga harapan para pendiri bangsa terwujud.

Alasan Perlunya Kaji Ulang Amandemen UUD 45

Dalam Majalah Veteran Republik Indonesia edisi ke 2 yang terbit Desember 2010, judul tulisan Bapak Sayidiman adalah Amandemen UUD45 Harus Dikaji Ulang. Tulisan  yang lugas dari Veteran Pelaku Sejarah. Menurut Bapak Sayidiman ada dua perbedaan yang menonjol antara UUD 45 yang Asli dan Amandemen :

Pertama, UUD 45 yang Asli memuat penjelasan penjelasan, sedangkan UUD tahun 2002 panjelasan itu dihilangkan. Sebetulnya penjelasan dari sebuah UUD sangat diperlukan agar tidak terjadi multi tafsir.

Kedua, secara filosofis UUD45 memuat unsur unsur idealisme, gotong royong dan sikap hidup berdasarkan prinsip.  Unsur unsur ini merupakan pengejawantahan dari sebuah bangsa yang besar dan digali dari jati diri Bangsa Indonesia, sebagaimana Presiden Soekarno menggali Pancasila.   Sementara UUD 2002, unsur unsur yang ada mengarah ke materialisme, individualisme dan pragmatisme berdasarkan untung rugi.

Dalam ulasan Bapak Sayidi iniman dengan tegas menyebutkan bukan UUD 45 Asli dan Amandemen UUD 45 tahun 2002, namun UUD 45 dan UUD 2002.   
Selain dua perbedaan yang dijelaskan diawal, Bapak Sayidiman juga menyoroti perbedaan Struktur Kenegaraan dalam UUD 45 dan UUD 2002.  Dimana dalam UUD 45 adanya Lembaga Tertinggi Negara, sedangkan dalam UUD 2002 semua Lembaga Tinggi Negara kedudukannya sama.  Dimana MPR menjadi Lembaga Tinggi Negara, bukan Lembaga Tertinggi Negara.

Bapak Sayidiman hanya mengulas panjang lebar tentang pasal 33 UUD 45.  Menurut beliau Pasal 33 yang asli, pemerintah dapat mengendalikan pemilik modal karena sebagian besar bidang ekonomi dikuasai oleh Negara.  Sementara UUD 45 hasil amanemen, terkandung makna simbiosis antara pemilik modal dengan badan eksekutif.  Terjadi dominasi politik modal sehingga pemerintah berjalan menurut kehendak dan kepentingan pemilik modal.  Akhirnya terjadi oligarki inipemeluk modal dikenal korporattokrasi.   

Kelompok, Perkumpulan, Tim  atau Pejabat  yang Menghendaki Kaji Ulang Amandemen UUD 45 

Setelah kajian Pak Sayidiman pada tahun 2010, muncul beberapa Kelompok, Perkumpulan, Tim atau Pejabat yang membuat konsep Kaji Ulang Amandemen UUD 45, diantaranya :

1. PPAD (Perkumpulan Purnawirawan Angkatan Darat, dalam berita Antara tanggal 28 September 2012, dalam head line nya berjudul PPAD Inginkan Legislatif Kaji Ulang Amandemen UUD 45.

2. Dalam berita Nasional tanggal 12 Agustus 2015, kembali PPAD mendesak pemerintah mengkaji ulang UUD 45 hasil amandemen atau biasa  disebut UUD 2002.  Pasalnya, UUD 45 hasil amandemen sangat liberal sehingga keluar dari ruh pembukaannya dan tidak lagi dijiwai oleh Pancasila.

3. Wakil Presiden periode 1993 - 1998 Try Sutrisno dalam berita Antara News 17 Agustus 2015, mengatakan amandemen UUD 45 yang telah dilakukan empat kali sejak 1999 - 2002, harus dikaji ulang oleh Pemerintah.

4. Dalam berita Republika 19 Agustus 2015,  Menhan Ryamizard Ryacudu menyatakan setuju dengan usulan beberapa veteran termasuk Wakil Presiden ke 6 Try Sutrisno agar pemerintah mengkaji ulang amandemen UUD 45 

5. MPR menanggapi desakan Wapres ke 6 Tri Sutrisno dan Ketum LVRI yang dimuat WE Online tanggal 23 Agustus 2015 dengan judul MPR : Kajian Amandemen UUD 45 untuk Evaluasi. Wakil Ketua Pimpinan Badan Pengkajian MPR Rambe Kamarul Zaman mengatakan mengkaji untuk mengevaluasi UUD 45 bisa diterima.

6. Rumah Kebangkitan Indonesia pada Juli 2018 menerbitkan Buku Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1946 disertai Adendum, buku tersebut diserahkan kepada Ketua MPR pada tanggal 4 Agustus 2018, untuk digunakan sebagai bahan masukan.
7. Tokoh dan Pakar lintas generasi menyusun buku Mengapa Kita Harus Kembali ke UUD 45.   Buku ini terbit Februari 2019 disusun oleh 22 Tokoh dan Pakar Lintas Generasi.  Yang tertua Angkatan 45 Bapak Sayidiman (94 tahun) dan termuda Sdr Salamuddin Daeng (43 tahun). Umur berbeda 51 tahun namun bisa harmoni dalam berpikir.
Sekilas Buku UUD 45 disertai Adendem.

Dari beberapa buku hasil kajian tentang Amandemen UUD 45 tahun 2002, mungkin buku UUD 45 disertai Adendem yang menarik perhatian.   Karena buku tersebut pada tanggal 20 September 2018 mendapat MURI.  
Kebetulan penulis ikut menyusun atau menyelaraskan sebelum diterbitkan.  Dan bersyukur ide penulis adendum pasal 33 UUD 45 diterima floor.  Dalam pasal 33  hanya disebutkan bumi dan air, penulis usulkan ditambahkan udara, karena udara merupakan SDA yang tidak ternilai.   Buku disusun oleh 25 Pakar yang terdiri dari 15 Purnawirawan baik dari TNI dan POLRI serta 10 Pakar kalangan sipil.

Para penulis satu pemikiran bahwa tidak menginginkan generasi penerus tidak mengenal sejarah, tidak mengetahui UUD 45 yang asli.  Oleh sebab itu dalam buku UUD 45 disertai Addendum, naskah asli UUD 45 masih tetap ada kemudian adendum adendum menempel pada UUD 45 yang asli.  Salah satu alasan kenapa UUD 45 masih melekat dalam amandemen atau adendum, para menyusun menginginkan agar nilai-nilai, cita-cita dan tujuan ketika negara didirikan oleh para the founding fathers tetap lestari.

Penyusunan buku ini cukup lama, sejak tahun 2015.  Sebetulnya buku ini merangkum dari kajian kajian yang beredar maupun amandemen UUD 45 tahun 2002.   Kalau dalam UUD 45 asli itu hanya sekitar 51 ayat, dalam amandemen UUD 45 tahun 2002 ada sekitar 167 ayat, dalam UUD 45 disertai Adendum ada 19 Adendum yang terdiri sekitar 66 ayat.

Buku sudah terjual bebas, mengingat banyaknya permintaan, sudah beredar cetakan  ketiga terbit pada Desember 2018.   Amandemen UUD 45 terhitung tahun 2002 sudah berjalan 18 tahun, bahkan dari awal amandemen 1999 sudah 21 tahun .  Mengingat dampak Amandemen UUD 45 banyak yang menilai banyak menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, kiranya tepat  saat ini segera meninjau kembali Amandemen UUD 45 tahun 2002. (13 Januari 2021)








2 komentar:

  1. Mmg sdh waktunya uud 2002 di tinjau ulang alias di kaji lagi. Krn sdh hampir 20 thn berlakunya. Tapi arah pbangunan di sgala bidang, hampir tdk ada yg searah dg uud 45 yg asli, mmg klo di liat dlm pelaks . Mmmg skrg politik n ekonomi kok tdk bkembang n bjalan dg baik, mulus... ttp tdpt krikil2 tajam yg menyertainya, shg timbul kgaduhan2 perpolitikan yg makin lama smakin tdk jelas mau di bw kemana nkri ini kedepannya.... suasana tdk kondusiv n slalu ada timbul gejolak2 kecil yg makin lama jk tdk di atasi akan smakin bbahaya bg nkri...
    Jd mmg hrs di tinjau n di evakiasi kembali uud 2002 tsb... tuk kmbali ke uud 45 asli... yah katakan lah , dekrit presiden ke 2, ....
    Kmbali berlakukan uud 45 yg asli, dg bbrapa amandemen.

    BalasHapus
  2. Iya. Jika berbicara tentang Majalah Veteran Vol. I No.2. Desember 2010, saya membaca kembali majalah tersebut. Itu wawancara saya dengan Bapak Sayidiman Suryohadiprodjo waktu saya menjadi Redaktur Pelaksana majalah tersebut. Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiun.
    https://g.co/kgs/Lj7KAZ

    BalasHapus