Selama bulan November 2020 setelah Webinar pada tanggal 5 November 2020, kebiasaan Rapat Pleno secara Daring dihentikan. Rapat Pleno yang biasa dilaksanakan hari Selasa kembali secara langsung tatap muka di Ruang Rapat 1. Memang jumlah peserta peserta dibatasi hanya 14 Peserta termasuk undangan dari Kemhan maupun SUAD. Sebetulnya Ruang Rapat 1 dengan kapasitas 14 orangpun sudah melanggar aturan PSBB apalagi waktu Rapat Pleno selalu diatas 2 jam. Dalam ketentuan PSBB, Kerumunan tidak boleh lebih dari 5 orang dan tidak boleh lebih 1 jam.
Sebelumnya Rapat Pleno diikuti 28 Pengurus, selama bulan November 2020 dibatasi, sehingga tidak semua Pengurus mengetahui hasil rapat. Selanjutnya ada kebijakan yang tidak bisa hadir di Ruang Rapat 1, bisa ikuti di Ruang Piveri by Daring sifatnya pasif.
Ini Rapat Pleno tanggal 24 November 2020, Pengurus inti ada di Ruang Rapat 1, Pengurus lainnya di Ruang Piveri.
Selanjutnya ada kegiatan Sosialisasi JSN 45, dilaksanakan by Daring, dimana Group 1 di Ruang Rapat 1 dan Group 2 diruang Piveri. Dalam Sosialisasi JSN 45 berbeda dengan Rapat Pleno karena bisa saling interaksi
Penulis merasakan kegiatan di DPP LVRI bulan November dan awal Desember, kok tidak mematuhi Protokol Kesehatan ? Kenapa ? Karena setiap rapat pleno maupun sosialisasi JSN 45, harus diikuti seluruh pengurus. Ini berarti yang biasanya yang masuk kantor hanya 50 % kekuatan , kali ini menjadi 100 % kekuatan. Saat sosialisasi JSN 45 tanggal 2 Desember 2020, sengaja penulis sebagai pengendali Daring, tidak masuk kantor tetapi bekerja WFH. Penulis mengendalikan sosialisasi JSN 45 dari rumah, bahkan ikut menanggapi dan berjalan lancar.
Pada Tanggal 3 Desember 2020, karena mendapat tugas untuk mengendalikan Daring antara para Pejabat teras DPP LVRI dengan Pakar sejarah dari luar, penulis mengendalikan dari Kantor kebetulan hari Kamis, kantor libur.
Daring diikuti Bpk Ketum Kehormatan DPP LVRI, Ketum DPP LVRI, Waketum DPP LVRI, Sekjen DPP LVRI dan beberapa Tim Pembuat Buku Sejarah dengan Pakar Sejarah dari luar.
Selanjutnya saat Rapat Pleno tanggal 8 Desember 2020, penulis selaku Pengendali tidak masuk kantor cukup mengamendalikan dari rumah atau WFH.
Rencana Sosialisasi JSN 45 akan dilaksanakan tanggal 10 Desember 2020, sesuai kesepakatan akan selalu dilaksanakan setiap hari Kamis. Pada tanggal 9 Desember 2020 pagi, penulis iseng japri ke alm Letkol Purn Agus, kebetulan ingin menyampaikan data foto untuk lengkapi Buku Sejarah. Ternyata alm sedang jalani isolasi di RSGS, dan cerita sebetulnya sudah merasakan sakit panas sejak Rapat Sejarah di Ruang Rapat 2 tanggal 8 Desember 2020. Penulis memberanikan diri lapor ke Ketum by japri, bahwa salah satu Pengurus DPP LVRI an Letkol Purn Agus terpapar covid 19 dan diisolasi di RSGS. Ketum saat itu memutuskan untuk selanjutnya WFH. Namum malam hari tetap ada instruksi bahwa tanggal 10 Desember 2020 sosialisasi JSN 45 tetap berjalan. Penulis tetap akan kendalikan Daring dari rumah. Namun ternyata Sosialisasi JSN 45 secara Daring dikantor dibatalkan. Karena selain perkembangan almarhum kurang bagus, ada sebagian Pengurus juga ada indikasi terpapar covid 19 bahkan sudah dirawat di Rumah sakit.
Mungkin penulis adalah sosok yang ngeyel untuk patuhi protokol kesehatan. Tidak ikut Daring di kantor saat tanggal 2 dan 8 Desember 2020, setiap pagi senam tera, namun sewaktu Rapid Tes tanggal 21 Desember 2020 dinyatakan reaktif dan langsung swap. Karena dinyatakan reaktif , penulis langsung isolasi mandiri. Kebetulan serumah hanya bertiga dengan istri dan pembantu. Penulis tempati lantai atas, istri di lantai bawah dan pembatu di kamar belakang. Memang sesaat sangat terpukul, sudah sering usul untuk WFH, setiap pagi senam tera toh masih terpapar. Penulis menjadi semangat ternyata keluarga Menkopolhukam juga terpapar covid 19. Dari 23 anggota keluarga baik anak, mantu cucu serta staf dan karyawan yg positif 16 orang.
Sambil cemas menunggu hasil swap, dan tanggal 23 Desember 2020 malam hari baru dapat info ternyata hasil swap saya positif terpapar covid 19. Akhirnya pada tanggal 24 Desember 2020 istri dan pemvantu saya bawa ke RS Suyoto untuk swap. Rencana Penulis pingin isolasi di RS Suyoto ternyata tidak ada kamar kosong dan setelah koordinasi dengan dokter dan melihat kondisi rumah, diijinkan untuk isolasi mandiri dirumah.
Hasil swap istri ternyata juga positif, namun pembantu negatif ada sedikit tenang, karena kalau seluruh penghuni positif mau tidak mau harus isolasi di Wisma Atlit. Tanggal 31 Desember 2020, penulis sudah 10 hari isolasi mandiri, menjalani swap yang kedua di RS Sutoyo. Alhamdulillah penulis dan istri hasilnya negatif. Selama isolasi, penulis maupun istri tidak merasakan gejala gejala Covid 19, dalam arti makan normal, penciuman normal. Namun mungkin itu yang disebut OTG.
Saat isolasi hari pertama tanggal 21 Desember 2020, salah satu Pengurus DPP LVRI Letkol Purn Agus tidak tertolong setelah dirawat 12 hari di RSGS. Tanggal 25 Desember 2020 disusul Kol Inf (Purn) Pramodya menyusul Letkol Purn Agus. Tidak sampai seminggu 2 Pengurus DPP LVRI menginggal karena Covid 19.
Sambil isi waktu untuk mengurangi kejenuhan, sengaja penulis menulis pengalaman selama isolasi mandiri, kali bermanfaat. Insya Allah kuncinya Semangat. (Renungan akhir tahun 2020)