Selasa, 13 Februari 2018

AKHIRNYA TASPEN MEMBERIKAN KEMUDAHAN KPR BAGI PESERTANYA

Membaca rubrik Bank&Finance di koran Rakyat Merdeka tanggal 12 Februari 2018, Penulis menjadi ingat tulisan di rubrik Public Housing di majalah Property&Bank edisi Februari 2015.   Dalam majalah Property&Bank tulisan penulis dengan judul Rumah Gratis untuk PNS, Prajurit TNI dan POLRI.   Dalam tulisan tersebut, penulis menyinggung TASPEN dan ASABRI, dimana impian penulis bisa terwujud apabila kedua instansi TASPEN serta ASABRI mendukung.  Sebetulnya kenapa penulis seperti ekstrim, dimana menyebutkan Gratis ? Niat tersebut juga karena semangatnya mendukung Program Sejuta Rumah Jkw.

Setelah berjalan 3 tahun sejak Februari 2015, ternyata TASPEN tergugah untuk memikirkan para pesertanya untu KPR, terbukti dalam harian Rakyat Merdeka edisi 13 Februai 2018, dalam rubrik Bank&Finance berjudul "TASPEN Gaet BTN&REI sediakan KPR Pensiunan".   Walaupun tidak persis harapan penulis tentang Rumah Gratis, paling tidak TASPEN sudah mulai memperhatikan kebutuhan rumah para Peserta TASPEN.   Sebetulnya langkah ini tidak mengherankan, karena Dirut TASPEN sekarang pernah menjabat sebagai Dirut BTN, sehingga tahu persis seluk beluk BTN.   BTN sendiri sebetulnya adalah satu satunya Bank yang mendapat tugas untuk menyalurkan KPR sejak era Orde Baru di tahun 70 an saat didirikan Perum Perumnas.   Saat itu dikenal Tiga Pilar Pembangunan Perumahan Rakyat yaitu Kemenpera, Perum Perumnas dan Bank BTN.

Kalau sejenak kita melihat sejarah TASPEN yg didirikan tahun 1963 yang merupakan Tabungan Pegawai Negeri pesertanya adalah PNS dan ABRI.   Hanya dalam perkembangannya mulai tahun 1971 untuk menangani Tabungan Asuransi ABRI, mulai dipisahkan dari TASPEN.  Untuk menangani PNS namanya tetap TASPEN dan yang menangani ABRI menjadi ASABRI.   Baik TASPEN maupun ASABRI, dasar iurnya sama yaitu Kepres No 8 tahun 1977, dimana dalam Kepres tersebut jumlah potongan sebesar 10 % dengan rincian sebagai berikut :

 a. 4,75 % (empat tiga perempat persen) untuk iuran  dana pensiun
b. 2 % (dua persen) untuk iuran pemeliharaan kesehatan
c. 3,35 % (tiga seperempat persen) untuk iuran tabungan hari tua dan perumahan

Dalam perjalanannya, yang konsisten dengan Kepres No 8 tahun 1977 hanya ASABRI, karena sejak tahun 1984 ASABRI mempunyai progran memberikan pinjaman uang muka tanpa bunga kepada prajurit yang ingin KPR.   Bahkan di era Jkw  terutama dalam Program Sejuta Rumah, mengeluarkan PP No 102 tahun 2015 yang intinya mengamanahkan kepada ASABRI untuk memberikan Pinjaman Uang Muka kepada Prajurit TNI POLRI yang ingin KPR. 

Langkah TASPEN di tahun 2018 yang akan menggaet BTN dan REI, untuk sediakan KPR Pensiunan bagi peserta TASPEN merupakan langkah yang luar biasa.   Dalam UU TAPERA yang akan diberlakukan akhir Maret 2018, disana hanya memikirkan Pekerja Produktif sampai dengan umur 58 tahun.   Untuk para pensiunan atau yang umur diatas 58 tahun namun belum punya rumah, sampai saat ini belum terwadai.   Langkah seperti ini, menurut penulis persis yang diharapkan Jkw untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat yang belum memilikinya. Semoga Program TASPEN   ini menjadi gayung bersambut diantara instansi terkait, dan tentunya ini merupakan terobosan untuk menanggulangi Backlog Rumah yang masih tinggi.   Terobosan TASPEN ini juga tidak mengherankan karena Dirut TASPEN adalah mantan Dirut BTN yang tahu persis seluk beluk KPR.   Semoga segera terwujud .. Aamiin 


Sabtu, 10 Februari 2018

PESAWAT DENGAN SEGUDANG JULUKAN

Judul tulisan terlihat lucu, apa yang dimaksud dengan Segudang Julukan ? Pada umumnya Pesawat itu memang ada julukannya, sebagai contoh Pesawat P 51 Mustang, di Indonesia Pesawat tersebut dapat julukan si Cocor Merah.   Namun untuk Pesawat DC 3 atau Pesawat C 47 Dakota, selain dijuluki Dakota, untuk di Indonesia saja ada yang menyebut Seulawah, ada juga yang sebut Den Bey.  Sebelum membahas julukan julukan Pesawat DC 3 atau C 47 Dokota tidak ada salahnya melihat sejarah Pesawat ini.

Pesawat Dakota menjadi Legendaris, mungkin pesawat satu satunya yang paling banyak ikut serta dalam kancah peperangan.   Bayangkan pesawat tersebut digunakan sejak Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, bahkan di Indonesia pada Perang Tim Tim di tahun 1975 sebagai pesawat andalan.   Terbang perdana di tahun 1935 tepatnya tanggal 17 Desember 1935, pesawat ini diproduksi mulai tahun 1936.   Mungkin belum ada produksi pesawat Propeller yang melebih pesawat Dakota yang mencapai 10.629 unit.   Bandingkan pesawat yang hampir seangkatan seperti Pesawat UF 1 Albatros hanya sekitar 466 unit dan Pesawat Ilyusin 11 - 14 AVIA diproduksi sekitar 1.348 unit.

Sebagi Pilot Senior yang pernah menerbangkan Pesawat C 47 Dakota, penulis mengakui keunggulan pesawat tersebut.   Dari penuturan para senior, bisa menerbangkan Pesawat Dakota, tidak akan kesulitan untuk menerbangkan pesawat lain.   Benar juga penuturan para senior ini.   Menerbangkan pesawat Dakota yang tergolong pesawat sedang, hanya mengandalkan otot, bernavigasi hanya mengandalkan mata, pesawat un pressurize, tidak mengherankan keringat bercucuran.   Bahkan bila dalam cuaca buruk, hujan deras, pilot bisa basah  kuyup karena hujan masuk cockpit.   

Pesawat Dakota menjadi Legendaris, bukan hanya diproduksi terbanyak di kelasnya, mengalami berbagai kancah peperangan, namun selain sebagai pesawat Transport, pesawat ini juga sebagai pesawat Tempur.   Sebagai pesawat Transport, cara mengoperasikan tidak beda jauh dengan pesawat Transport lainnya, namun sebagai pesawat tempur memang mempunyai keunikan sendiri.   Pesawat Tempur biasanya dengan kecepatan tinggi dan lincah manouvernya, dan fungsinya menembak atau membom.  Sasaran tembak pesawat tempur biasanya pin point, dan  cara menembak dengan menukik dan setelah melalukan penembakan, biasanya naik tajam dan menghindar.   

Pesawat Dakota ini sudah lambat, kalau menembak seolah pesawat diam, karena sambil memutar ditempat atau dikenal dengan gerakan Steep Turn.   Steep Turn adalah gerakan berputar dan mempertahankan ketinggian, ini termasuk manouver berat bagi pilot Transport.   Senjata yang digunakan pesawat Dakota adalah jenis SMB (Senapan Mesin Berat) AN M3 Kaliber 12,7 mm.  Senjata dipasang disebelah kiri pesawat, bukan dipasang didepan seperti yang dipasang pada pesawat tempur.  

Sewaktu operasi di Timor Timur di tahun 1975, TNI Angkatan Udara mengerahkan 2 pesawat Dakota yang dipersenjatai yaitu T 486 dan T 487.    Pesawat Dakota memang bukan di design untuk Pesawat Tempur, namun dimodifikasi untu bisa menyerang dari udara.   Hasil Tembakannyapun bukan pin poin tetapi tembakan acak, dengan tujuan utama menurunkan moril musuh.   Peran Pesawat Dakota sebagai Pesawat Tempur berhenti setelah hadirnya Pesawat Tempur OV - 10 Bronco di tahun 1976.  

Dengan datangnya pesawat Tempur OV - 10 Bronco, bukan berarti misi Dakota berhenti.   Pesawat Dakota sesuai fungsinya sebagai pesawat transpoort, tetap ikut operasi di Timor Timur.    Penulis saat itu masih sebagai Copilot, tetapi merasakan ketegangan dalam operasi.   Melaksanakan Penerjunan Pasukan bukan hal yang menegangkan karena terbang masih relatif tinggi.   Operasi yang menegangkan adalah menerjunkan barang dukungan logistik seperti beras dan kebutuhan makan lainnya, dengan terbang sangat rendah seperti mau mendarat, saat itulah barang barang didorong keluar.  Walaupun dicari tempat yang jauh dari lokasi musuh, toh sempat ekor pesawat yang penulis terbangkan berlobang kena tembakan musuh.

Adapun julukan pesawat DC 3 untuk versi sipil dan C 47 untuk versi militer diantaranya :

1. Dakota
2. The Flying Vagrant
3. Grand Old Lady
4. Skytrain
5. The Flying Elephant
6. Gooney Bird
7. Dumbo
8. Taby
9. Seulawah
10. Den Bey
11. Puff The Magic Dragon
12. Spooky
13. FC (Fighter Cargo)
14. AC (Attack Cargo)

Mungkin belum ada pesawat yang mempunyai julukan seperti pesawat DC 3 atau C 47, dan tidak heran kalau pesawat Dakota merupakan Legendaris dikelasnya (Penulis salah satu Pilot Dakota di TNI AU)