Rabu, 01 Mei 2024

VETERAN PEMBELA KEMERDEKAAN

 
Penulis Marsda TNI Purn Suparman Natawikarta

Sebagai pelaku sejarah operasi Trikora dan Dwikora. sedikit cerita bagaimana TNI, khususnya peran AU dalam mengikuti operasi-operasi, dilihat dari banyak operasi-operasi udara. Pertama-tama kami sangat menghargai dan hormat kepada para – sukarelawan, infiltran- infiltran dan pasukan khusus yang telah terjun di bumi Irian Barat hingga merisaukan pasukan Belanda yang menjaga Irian Barat.

Pesawat  IL-28

Sedikit cerita operasi Trikora di mana pada tanggal 15 Agustus 1962 Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB, karena sebagai pesawat U2 yang memfoto tentang kekuatan AURI yang siap menyerbu / Operasi Jayawijaya, serta peran Diplomat kita yang yang sedang menyelesaikan secara damai. Saat itu AURI pada tanggal 12 Agustus 1962 telah siap dengan Operasi Jayawijaya dengan kekuatan dari Amahai 5 pesawat IL-28 di mana Saya turut serta operasi sebagai flight leader, karena TU-16 dan TU-16 KS yang siap dari Morotai dan kekuatan unsur-unsur AU lainnya yang standbye dari Pattimura, Hasanuddin dan pangkalan-pangkalan yang ada di Halim, Kemayoran, dengan kedatangan pesawat baru yaitu kekuatan Skuadron XXI dengan 22 pesawat, Skuadron XI MIG-17, tambahan kekuatan Skuadron MIG-19, Skuadran supersonic MIG-21 dengan kecepatan Mach 2, kekuatan Skuadron angkut berat AN-12B, kekuatan Skuadron buru sergam MIG-19, kekuatan Skuadron Helikopter raksasa MI-6 hingga dapat dikatakan Indonesia memiliki kekuatan udara terkuat di Asia Tenggara.

Pesawat MIG -19
 
 Selain itu Belanda mempertimbangkan Kapal Induk Karel Dorman akan hancur dengan peluru kendali dari pesawat TU-16. Oleh karena itu atas desakan dari Diplomat di USA dan PBB akhirnya Belanda menyerahkan Irian Barat kepada RI melalui PBB.
Pesawat TU-16

Beruntunglah tidak terjadi operasi Jayawijaya karena kemungkinan AURI tidak bisa menunjang operasi udara lebih lanjut karena dengan kedatangan Skuadroan-skuadroan baru, AURI belum siap dengan penerbangnya dan awak pesawat lainnya.
 
Pesawat Antonov  AN-12B

Hingga saat itu AURI merasa tanggung jawab untuk kesiapan “Crew” dan pesawatnya. Yang ada saat itu adalah penerbang senior lulusan India, USA dan Kalijati yang jumlahnya sangat terbatas. Oleh karena itu AURI mengadakan semacam khursus kilat yang membawa fatal bagi Angkatan Udara. Telah terjadi kecelakaan di mana dua pesawat MIG-21 dalam 3 hari hancur “fatal loss” 2 pilot gugur karena jam terbang yang masih minim. Satu pesawat TU-16 “under shoot night landing” pada saat latihan untuk “captain seat”, ternyata si pilot belum mencukupi jam terbangnya dan seolah-olah dipaksakan untuk bisa jadi Kapten pilot, dan instrukturnya dari Rusia fatal Luka berat. Berikutnya ada dua angkut AN-12B yang gagal take off di mana instrukturnya dari Rusia Luka berat di Palembang dan Halim PK.
Pesawat Latih Yokovlev Yak-11
 
Oleh karena itu pada tahun 1958 pendidikan para penerbang dikirim ke luar negeri Czekoslovakia, dimana Saya turut serta sebagai rombongan Cakra I.
 


 
Karena telah mencapai 200 jam terbang, kami di instruksikan pulang untuk persiapan mengikuti operasi Trikora dan Dwikora. Sebetulnya rombongan kami Cakra I belum selesai dengan “exercise”nya, tetapi kami terpaksa untuk dapat mengikuti operasi Trikora dan Dwikora. Tugas dari penerbang IL-28 adalah untuk operasi reccie, penembakan dan mengawal pesawat angkut C-130 Hercules dalam melakukan penerjunan malam.
 
Pesawat C-130 B

Salah seorang rekan kami LU II Wakidjan dan Crew gugur sewaktu kembali dari operasi “Deception” dalam mengawal Hercules C-130 dalam penerjunan malam di Irian Barat.
 
Saat selesai dengan operasi Trikora, rombongan kami Cakra I yang tergabung dalam Kesatuan Senopati, berlanjut untuk melaksanakan operasi Dwikora.
 
Berbeda pada operasi Dwikora, pesawat kami utama pesawat TU-16 mudah disergap RAF, karena penguasaan udara masih dipegang Royal Air Force dari Inggris. Salah satu pesawat TU-16 pilot LU II Polman S, disergap pesawat RAF, tetapi tidak jadi ditembak, sedang pesawat IL-28 yang kami awaki, hakekatnya untuk bisa meng”cover” pesawat Hercules C-130 dalam penerjunan malam hari. Kami tidak jadi mengawal C-130 sampai ke sasaran, karena terjadi kecelakaan saat C-130 masuk laut malam hari karena terbang “sea level” pada malam hari untuk hindari tangkapan radar lawan. Telah gugur Kapten Pilot Mayor PNB. Jallaludin dan Co. Pilot LU I Alboin Hutabarat serta navigator Capt. Nav. Juanardi serta Komandan Pasukan Kolonel PGT Sukani dan satu Hercules Captain Pilot Capt. Suhardjo telah tertembak pasukan darat dari pihak kita sendiri di Kalimantan. Tetapi beruntunglah pilot dapat menyelamatkan pasukan di mana pesawat dapat mendarat darurat di lapangan terbuka.
Demikianlah sedikit ceritera tentang operasi Trikora dan Dwikora yang telah dilakukan oleh para penerbang junior, yang belum pernah ada pengalaman dalam operasi operasi udara serta memiliki jam terbang yang masih minim.
 
Suparman Natawikarta 
Marsda TNI (Purn)
NPV. 23.004.734

Tidak ada komentar:

Posting Komentar