Sejak akhir bulan April 2019 Bandara Baru Yogyakarta yaitu Yogyakarta Internasional Airport sudah diresmikan operasionalnya. Bandara ini terletak di Kabupaten Kulon Progo, sekitar 60 km dari Yogyakarta. Nantinya akan menggantikan Bandara Adisucipto dan Bandara Adi Sucipto kembali milik TNI Angkatan Udara. Bahkan Bandara ini merupakan Bandara terbesar ke 5 yang ada di Indonesia. Saat ini memang baru sekitar 6 penerbangan setiap harinya namun setelah nantinya semua penerbangan yang di Adi Sucipto dipindahkan, Bandara Yogyakarta Internasional Airport akan lebih sibuk. Saat ini saja di Bandara Adi Sucipto ada sekitar 176 Penerbangan setiap hari dan angka peningkatan sekitar 7% per tahunnya.
Melihat kenyataan yang ada pada saat ini, fasiltas pendukung Bandara Baru Yogyakarta Internasional Airport, terutama yang berkaitan dengan hunian, sepertinya belum ada perhatian dari penggiat Property. Suatu Bandara biasanya ada fasilitas hunian terutama untuk hotel. Di sekitar Bandara, bahkan di daerah Kulon Progo masih minim hotel berbintang. Pengguna penerbangan pada umumnya adalah para pebisnis, mereka berprinsip waktu adalah uang. Hotel yang berbintang di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini ada di Yogyakarta, jarak tempuh dari Bandara Yogyakarta Internasional Airport cukup jauh, memerlukan waktu lebih dari 1 jam. Tentunya akan melelahkan, berbeda dengan Bandara Soekarno Hatta, disana dalam Airport ada hotel bahkan disekelilingnya juga ada hotel. Di sekitar Bandara Adi Sucipto sendiri bermunculan banyak hotel.
Para Penggerak Property mestinya harus melirik peluang di Bandara Yogyakarta Internasional Airport ini. Bahkan dibandingkan dengan Bandara Kertajati, Bandara Yogyakarta Internasional Airport lebih menjanjikan. Kalau Bandara Kertajati nantinya memindahkan penumpang dari Bandara Husen, yang totalnya jauh dibawah Bandara Adi Sucipto, berati prospek Bandara Yogyakarta Internasional Airport lebih baik. Dari data jumlah Penumpang tahun 2018 di Adi Sucipto sekitar 8 juta sedangkan di Bandung sekitar 4 juta.
Melihat data data yang ada, Bandara Internasional Yogyakarta kedepan, jauh akan lebih cepat berkembang dari Bandara Kertajati. Bandara Kertajati sudah beroperasi hampir satu setengah tahun, namun animo penumpang semakin menyusut. Saat diresmikan ada lima maskapai penerbangan yang sempat terbang di Kertajati yaitu Lion Air, Garuda, Nam Air yang masuk dalam grup Sriwijaya Air, Wings Air, dan Citilink. Saat ini hanya tinggal Maskapai Penerbangan Citilink yang terbang ke Kertajati dari Surabaya, itupun penumpangnya hanya sekitar 13 sampai dengan 15 orang.
Sebagai Pengamat Property khususnya di bidang perumahan, melihat peluang Bandara Internasional Yogyakarta yang terletak di Kabupaten Kulon Progo merupakan mutiara yang belum diolah. Para Penggerak Property tidak hanya melirik kota kota besar, dan harus lebih jeli melihat peluang ini. Ini merupakan peluang emas untuk dikembangkan. Apalagi Bandara Internasional Yogyakarta merupakan Bandara terbesar kelima, dan DIY juga merupakan Kota Wisata, masa depan lebih cerah. Kabupaten Kulon Progo bahkan merupakan urutan ke 4 dari 5 Kabupaten yang tergolong tertinggal atau miskin, namun dengan adanya Bandara baru tidak menutup kungkinan akan lebih unggul dan maju. Ini merupakan peluang emas bagi penggerak Property.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar