Orang tuaku, Panutanku
Bersyukur di usia jalan 77 tahun masih mampu jalan kaki setiap pagi bahkan masih golf paling tidak seminggu sekali dengan jalan kaki juga. Setelah saya renungkan, apa yang saya lakukan berkat didikan orang tua, terutama ayah almarhum. Sejak kecil saya sudah dididik kerja keras, dan sebagai anak petani yang tidak baca nulis, saya selalu terngiang-ngiang pesan beliau. Le upomo kuwe dadi uwong, biasakno tanganmu mengkurep ojo mlumah artinya Nak misal nanti kamu kalau sudah dewasa tanganmu biasakan memberi jangan meminta.
Ternyata orang tua saya dalam memberi nasehat kepada anak-anaknya berbeda beda. Kakak kandung saya kebetulan hanya lulusan SD, diberi nasehat berbeda. Pesannya Kowe ojo kalah karo pitik, senadyan g punya tandon pakan nanginh yen gelem ceker-ceker mesti ono rezeki. Artnya Manusia itu jangan kalah ama ayam, walau tidak ounya cadangan makanan tapi kalau ada usaha pasti ada rezeki.
Mengenang masa kecil sampai lulus sekolah SMA, kadang merasa sedih, haru namun bangga, selulus SR(SD), masuk SMP dan SMA sejauh sekitar 8 km, saya jalan kaki pulang pergi, namun saya selalu bisa juara kelas. Demikian juga serasa tidak ada kesulitan dalam mengikuti test masuk AKABRI. Di AKABRI pun saya bisa ikuti pelajaran tanpa kesulitan, walau tidak menjadi juara kelas, namun masih bisa masuk 5 besar.
Selulus AKABRI, masuk Sekolah Penerbang sesuai bakat masuk jurusan transport dan untuk pertama kalinya menjadi Copilot Pesawat Dakota. Mulai disinilah pengabdian saya sebagai Prajurit mulai dari titik awal. Sebagai Perwira yang dididik sejak masuk AKABRI, dikenalkan Sumpah Prajurit, Sapta Marga, 11 Asas Kepemimpinan ABRI, 8 Wajib ABRI, merasakan setelah masuk Kesatuan kok beda dengan pelajaran di pendidikan ?
Memang tidak semua senior atau komandan itu kurang bagus, namun pada umumnya jarang yang memperhatikan kesejahteraan. Seolah ajaran almarhum bapak untuk biasakan memberi jangan meminta jarang saya temui. Para Komandan atau senior yang baik itu dapat dihitung dengan jari. Saya selalu berbuat beda dengan yang lain, setiap ada kesempatan menjabat saya berusaha bagaimana anggota sejahtera.
Saat Mayor mendapat Penghargaan dari Panglima ABRI
Tahun 90 an, begitu menjadi Komandan, saya membuat perubahan total. Sebelum menjadi Komandan, saya mengamati, dimana para anggota Bintara dan Tamtama setiap tengah bulan pada kasbon untuk makan siang. Setelah menjadi Komandan kupanggil pengelola kantin dan betul pengamatan saya, banyak yang kasbon setelah tengah bulan. Saat itu saya tutup semua kasbon anggota dan saya minta kepada pengelola kantin untuk kedepan menggratiskan seluruh anggota setiap makan siang. Pengelola kantin sempat kaget, tapi itu perintah dan setiap Sabtu minta tagihan kepada saya. Sebagai Komandan saya tahu bahwa ada sumber pemasukan untuk biaya makan anggota. Itu semua bukan dari APBN tapi memanfaatkan Aset yang ada.
Bahkan saya juga membuat perubahan, dimana setiap ada pergantian Komandan, mantan Komandan mendapat kenang-kenangan dari anggota, saya balik, saya justru membagi hadiah untuk seluruh anggota. Tahun 1992 saya lengser dari Komandan Skadron, seluruh anggota saya bagi Buku Tabungan yang nulainya beda-beda sesuai pangkatnya. Yang terendah sekitar 500 ribu dan yang tertinggi sekitar 750 ribu atau dua kali gaji mereka. Kebiasaan itu saya teruskan dimanapun saya ditempatkan.
Perbuatan itu saya teruskan sampai saya pensiun, itu merupakan amanah dari almarhum bapak saya. Dan saya pribadi merasakan hasilnya, dimana setiap ada lomba antar satuan, satuan saya selalu nomor satu. Bahkan selalu mencapai prestasi sebagai juara umum, saat Komandan Skadron maupun Komandan Pangkalan.
Selepas Komandan Skadron Udara 4 , saya menjadi Atase Udara di Philipine selama 3 tahun dari 1994 sd 1997. Ada pengalaman unik yang mungkin hanya saya yang alami. Meminjam Air Force One Philipine untuk kepentingan Menlu Ali Alatas untuk kembali ke Indonesia. Saat itu Menlu Ali Alatas mengantar Nur Misouri kembali dari Pengasingan ke Philipine menggunakan Pesawat B 707 milik TNI AU dengan rute Jakarta - Manila - General Santos. Di General Santos Santos Pesawat B 707 mengalami troble yang perlu suku cadang dari Jakarta. Padahal Pak Menlu ditunggu Presiden Soeharto hari itu juga. Penerbangan dari Philipine ke Jakarta sudah tidak ada. Sebgai Atase Udara yang saat itu ikut ke General Santos usul ke Pak Dubes pinjam Air Force One ke Presiden Ramos untuk antar Menlu ke Manado. Alhamdulillah diijinkan oleh Presiden Ramos, Presiden kembali ke Manila dengan PAL (Philipine Air Lines)
Menjelang pensiun saat menjabat Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi, mendapat tugas untuk menyelesaikan kasus ASABRI yang sudah 10 tahun tidak kunjung selesai. Saya ditunjuk sebagai Ketua Pokja untuk selesaikan Dana senilai 410 M yang disalah gunakan di tahun 1995. Tepatnya pada pada bulan Oktober 2005 saya mendapat tugas tersebut. Alhamdulillah tidak sampai enam bulan tuntas, akhirnya diproses secara hukum dimana mantan Dirut Asabri dipidana 6 tahun dan mitra kerjanya dipidana 7 tahun.
Setelah pensiun saya ditugasi untuk memegang YKPP (Yayasan Kesejahteraan Perumahan Prajurit), saya juga membuat gebrakan. Sebelumnya setiap tahun hanya sekitar 5 ribu sampai 6 ribu prajurit yang bisa KPR, setelah saya pegang bisa 10 ribu, 11 ribu, 12 ribu dan di akhir menjabat bisa mencapai 13 ribu Prajurit bisa KPR. Selepas Ketua YKPP saya dikasih kepercayaan sebagai Anggota Pengawas atau Komosaris BUMN Perum Perumnas.
Ada kenangan manis yang membuat bangga bagi saya, dimana disaat setelah pensiun mendapat MURI dari Pak Jaya Suprana. Saat itu saya bersama 25 orang dari Purnawirawan dan Para Pakar menyusun Buku UUD 45 disertai Adendum. Kami melihat Amandemen UUD 45 tahun 2002 sudah kebablasan. Tidak sesuai dengan cita-cita para founding father lagi. Ternyata buku kami dapat penghargaan dari Muri.
Yang membikin saya bangga, ternyata anak didik saya sewaktu di Skadron Udara 4, justru ada yang mendapat MURI lebih dari satu, beliaunya adalah Marsekal TNI Purn Hadi Tjahjanto. Sewaktu di Skadron 4 saya mendapat Call Sign sebagai Walet 05, sedangkan Marskal TNI Purn Hadi Tjahjanto sebagai Walet 27.
Sampai saat ini saya bisa dibilang belum pernah alami full pensiun, karena di usia 77 tahun masih kerja di LVRI sebagai Wakil Ketua 2 Wantimpus. Di LVRI saya juga pernah membuat gebrakan, menghidupkan Yayasan yang dibekukan karena pandemi covid 19. Tahun 2023 Yayasan Karya Dharma Pusat saya hidupkan kembali. Sebelumnya selama 20 tahun (2004-2024) bekerjasama dengan Mitra hasilnya 14 M, setekah saya hidupkan, bekerja sama dengan Mitra selama 3 tahun (2024-2027) menghasilkan 12 M.
Selain menghidupkan Yayasan, saya di LVRI juga menghidupkan Majalah yang tidak terbit sejak 2015. Majalah LVRI yang tidak terbit selama hampir 10 tahun, saya terbitkan mulai tahun 2024.
Saya selalu memegang amanah atau pesan Almarhum Bapak saya dimana membiasakan memberi daripada meminta dan Alhamdulillah setiap ada kesulitan Tuhan selalu berikan jalan. Alfateha untuk Almarhum Bapak tercinta ,, Aamiin (Perjalanan hidup Tumiyo/Marsda Purn/ Mantan Ketua YKPP/Anggota Pengawas Perum Perumnas/Wakil Ketua 2 Wantimpus LVRI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar