Minggu, 23 Februari 2025

SOESALIT SIAPA DIA?

Penulis iseng- iseng buka Google tanggal 22 Februari 2025, membaca unggahan dari CNBC, sebagai Veteran Republik Indonesia, sangat terharu dan bangga.(https://www.cnbcindonesia.com/market/20250222140623-17-612773/anak-pejabat-ri-pilih-hidup-melarat-tak-mau-jual-nama-besar-orang-tua).  Di era AI, masih ada anak muda bernama Fakhriansyah mengunggah cerita lama dengan judul Anak Pejabat RI Pilih Hidup Melarat, Tak Mau Jual Nama Besar Orang Tua.  Siapa anak tersebut? Dialah Soesalit  putra Bupati Rembang yang berpasangan dengan RA Kartini.

RA Kartini bersama Suami Bupati Rembang

Kerap kali kita menyaksikan anak pejabat tinggi negara yang meraih kesuksesan, seperti mencari kerja atau kekuasaan, dengan mengandalkan nama besar orang tuanya.  Seperti menjual  nama besar orang tua, orang lain diharap makin mengenal si anak hingga tumbuh simpati dan hormat kepadanya.   Walau demikian, para anak pejabat, atau mungkin sebagian dari kita yang melakukan hal yang sama, perlu belajar dari tokoh satu ini, yaitu Soesalit.

Soesalit Anak Semata Wayang R.A Kartini 

Tidak seperti ibu kandungnya, R.A. Kartini, namanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Soesalit memang tidak begitu dikenal, tetapi, keredupan nama Soesalit disebabkan oleh keputusannya sendiri yang tidak ingin menaiki tangga kesuksesan bermodalkan nama besar ibunya Kartini.   Soesalit anak Sewata Wayang RA Kartini, yang tidak mengenal Ibunya karena RA Kartini meninggal setelah melahirkan.   Pada masanya, Soesalit jadi anak cukup beruntung. Dia lahir dari keluarga pejabat sebab ayahnya Raden Mas Adipati Ario Djojadiningrat bertugas sebagai Bupati Rembang. Kelak, sejarah juga mencatat sang ibu, Kartini, menjadi orang besar karena punya pemikiran visioner melampaui zaman.

Meski begitu, Soesalit tak mau mengandalkan nama besar kedua orang tua untuk meniti kehidupan. Wardiman Djojonegoro dalam Kartini (2024) menceritakan, Soesalit sebenarnya berhak menggantikan ayahnya sebagai bupati. Namun, dia mantap menolaknya. Banyak saudara yang berulangkali meminta Soesalit menjadi penerus sang ayah, tapi jawabannya berujung penolakan.  Soesalit justru 
memilih masuk tentara pada 1943. Dia dilatih oleh tentara Jepang dan kemudian tergabung sebagai tentara Pembela Tanah Air (PETA). 
Orang Tua Soesalit, Soesalit Kecil dan Soesalit Dewasa

Ketika Indonesia merdeka, Soesalit praktis menjadi bagian Tentara Keamanan Rakyat Republik Indonesia. Dari sini, kariernya perlahan moncer, Soesalit selalu terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Belanda yang lantas membuatnya cepat naik pangkat. Begitu juga namanya yang makin terkenal.

Puncak kesuksesan sebagai tentara terjadi pada 1946. Dirinya diangkat menjadi Panglima Divisi II Diponegoro yang memimpin pasukan terpenting karena bertugas menjaga ibukota negara di Yogyakarta.   Bahkan, dia juga pernah beberapa kali memegang jabatan sipil. Salah satunya sebagai penasehat Menteri Pertahanan di Kabinet Ali Sastro pada 1953.   Saat ini terjadi, jarang orang mengetahui kalau Soesalit adalah anak dari tokoh besar RI bernama R.A Kartini. Dia memang sengaja tak menjual nama besar ibunya.

Padahal, sepanjang dia hidup, kisah-kisah Kartini berulangkali menjadi inspirasi dan terus diceritakan banyak generasi terkait perempuan penuntut kesetaraan lewat surat-suratnya. Bahkan, kala itu sudah populer lagu mengenai ibunya berjudul Ibu Kita Kartini,  buatan W.R Soepratman yang terus dinyanyikan banyak orang.  Atasan Soesalit, Jenderal Nasution, menjadi saksi bagaimana dia memang tak mengumbar nama orang tua. Nasution melihat ketika tak lagi bertugas, Soesalit lebih memilih hidup melarat sebagai Veteran. 

Dia tak meminta hak-haknya sebagai Veteran.   Kata Nasution, dikutip dari Kartini: Sebuah Biografi (1979), dia bisa-bisa saja hidup tak melarat dengan berkata bahwa dia adalah satu-satunya putra Kartini. Dengan begitu, banyak orang akan menaruh simpati sehingga bisa mengubah hidup jenderal bintang dua tersebut.  Namun, Soesalit tetap memegang prinsip yang dia tanamkan dari awal: tidak mau mengutarakan bahwa dirinya keturunan Kartini.    Akibat prinsip ini, pria kelahiran Rembang ini tetap melarat sampai tutup usia pada 17 Maret 1962.    Kalau kita buka https://images.app.goo.gl/pSC8iCoXGajuFUhE6 , Pangkat terakhir Soesalit adalah Mayor Jendral TNI (TMY)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar