Jumat, 28 Februari 2025

PENGALAMAN MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA

Membaca kalimat karya Dr Abidinsyah Siregar yang berbunyi Tulisan adalah karya representasi kemanusiaan kita, ia juga warisan tak ternilai dan berlaku sepanjang zaman,   penulis tergerak untuk utarakan pengalaman hidup selama ini.  Tulisan selama didokumentasikan memang betul merupakan karya atau warisan dan berlaku sepanjang zaman, selama tidak dimusnahkan.   Kebetulan penulis hobi menulis namun hanya dituangkan dalam blog resmi.   Bahkan kalau pembaca mau buka google dan menulis Blog resmi Tumiyo,   tulisan penulis dari tahun 2018 masih ada dalam google tersebut.  Sesuai harapan Dr Abidinsyah Siregar, penulis mencoba buat tulisan pengalaman dengan judul MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA. 

Judul merupakan pengalaman saat penulis menjadi Komandan yang memimpin Skadron Udara.  Skadron Udara, adalah Satuan setingkat Batalion kalau di Angkatan Darat, dan merupakan Ujung Tombak Satuan apabila menghadapi peperangan. Pengalaman ini menurut penulis adalah merupakan pengalaman pertama dalam memimpin anak buah yang jumlahnya cukup banyak.   Penulis mempunyai anak buah yang mempunyai latar belakang yang berbeda beda, ada Air Crew, Ground Crew maupun Pendukung lainnya, serta umur dari yang baru masuk tentara sampai yang menjelang pensiun.   Ada yang masih bujang ada yang sudah berkeluarga.  Selain masalah kedinasan tidak sedikit keluarga anak buah yang menghadapi masalah.   Sebagai Komandan harus mampu memecahkan masalah baik masalah dinas maupun masalah keluarga. 

Penulis sejak lulus dari AKABRI masuk Sekolah Penerbang dan selulus dari Sekolah Penerbang langsung ditempatkan  di Skadron Udara.    Karena penulis sebagai penerbang, diawali sebagai Co Pilot, Capten Pilot, Instruktur Pilot, Test Pilot dan menjadi Komandan Skadron. Sampai menjadi Komandan Skadron, penulis sempat sekali meninggalkan Skadron itupun sebagai Instruktur Pilot di Sekolah Penerbang selama dua tahun.   Setelah itu kembali ke Skadron, dan penulis tahu persis liku-liku kehidupan di Skadron Udara.   Selama di Skadron Udara mengalami sekitar enam Komandan Skadron.  Selama itulah penulis belajar,  melihat dan memahami persis cara para Komandan Kelola Skadron Udara. 

Penulis memang selalu tertarik tentang kebersamaan dan kesejahteraan.   Soal kebersamaan bukan hal yang asing, karena sebagai prajurit harus selalu bersama dalam hadapi penugasan.   Kenapa masalah kesejahteraan menjadi perhatian, karena saat menjadi Komandan kondisi kehidupan prajurit  sangat memprihatinkan.   Gaji masih kecil dan kebutuhan untuk keluarga pasti banyak, untuk biaya anak Sekolah maupun biaya lainnya.  Sejak masuk Skadron Udara dimana Skadron Udara Transport yang membawahi pesawat Dakota, pesawat Cessna dan pesawat Casa tentunya latar belakang mereka juga berbeda-beda.  Penulis banyak belajar kepada yang lebih tua dan sengaja cari masukan dari mereka.   Apalagi saat stanby diluar home base, sering ngobrol macam - macam.  Ternyata diajak ngobrol tentang kesejahteraan mereka pun tertarik dan mengharapkan ada perhatian dari para pemimpin. 

Sebelum menjadi Komandan, penulis hanya mengamati, ternyata setiap tengah bulan, banyak anggota terutama yang bukan Air Crew untuk makan siang pada kasbon di kantin.  Untuk Air Crew, soal makan siang tidak ada masalah karena mereka mendapat Extra Fooding untuk menjaga stamina mereka.  Sebetulnya sesuai ketentuan, extra fooding itu harus dihabiskan dan menunya standart ada susu, roti, telor dan makanan lainnya yang harus memenuhi kalori yang dibutuhkan.   Namun dari kebijakan turun temurun diterimakan dalam bentuk uang yang nilainya sekitar Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah). Untuk di Skadron Udara dimana penulis bertugas, Extra Foodiing diwujudkan makan siang bersama secara prasmanan dg indek Rp 1.000,00 (seribu rupiah) dan para Air Crew masih mendapat sisa Rp 1.500,00 (seribu lima ratus rupiah). 

Makan siang secara prasmanan dengan indeks Rp 1.000,00 (seribu rupiah) sudah lebih dari cukup karena satu porsi makanan di kantin berupa soto, bakso, gulai maupun nasi rames hanya Rp 500,00 (lima ratus rupuah).   Setelah menjadi Kimandan, penulis adakan pendekatan kepada para Air Crew, mengajak atau menyisihkan uang Extra Flooding untuk membantu anggota yang tidak mendapatkannya.   Dari sekitar 150 Anggota Skadron, Air Crew sekitar 60 Anggota dan yang non Air Crew sekitar 90 Anggota.  Dengan menyisihkan Rp 500,00 (lima ratus rupiah) berarti masih ada 30 Anggota yang belum terpecahkan.  Penulis saat itu menyanggupi untuk 30 Anggota yang belum terpecahkan menjadi tanggung jawab Komandan.   

Alhamdulillah tercapai kesepakatan, seluruh Air Crew siap mendukung para Ground Crew maupun Kelompok Pendukung lainnya untuk ikut makan gratis dengan indeks Rp 500,00 (lima ratus rupiah).  Untuk Air Crew, mereka masih mempunyai kelebihan Rp 1.000,00 (seribu rupiah).   Mulai saat itulah seluruh Anggota Skadron bisa makan siang gratis. Untuk Air Crew tetap makan siang secara prasmanan dan untuk selain Air Crew makan siang gratis di kantin.  Prinsip penulis saat itu adalah Kepedulian.  Ternyata dengan kepedulian yang semula selain Air Crew setiap tengah bulan pada kasbon di kantin untuk makan siang, mulai saat itu tidak ada yang kasbon lagi.   

Saat Presiden Prabowo sewaktu kampanye mencanangkan Makan Siang Gratis untuk anak-anak sekolah, Penulis jadi ingat tahun 90 an saat sebagai Komandan Skadron sudah melakukan program makan siang gratis untuk seluruh Anggota Skadron.   Langsung mendukung dan membuat tulisan http://tumiyohaji.blogspot.com/2024/02/makan-siang-gratis-bukan-keniscayaan.html. (Penulis adalah Marsda TNI Purn Tumiyo, mantan Komandan Skadron Udara 4, mantan Komandan Lanud Abdulrachman Saleh, Jabatan terakhir sewaktu masih aktif sebagai Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi)


Minggu, 23 Februari 2025

SOESALIT SIAPA DIA?

Penulis iseng- iseng buka Google tanggal 22 Februari 2025, membaca unggahan dari CNBC, sebagai Veteran Republik Indonesia, sangat terharu dan bangga.(https://www.cnbcindonesia.com/market/20250222140623-17-612773/anak-pejabat-ri-pilih-hidup-melarat-tak-mau-jual-nama-besar-orang-tua).  Di era AI, masih ada anak muda bernama Fakhriansyah mengunggah cerita lama dengan judul Anak Pejabat RI Pilih Hidup Melarat, Tak Mau Jual Nama Besar Orang Tua.  Siapa anak tersebut? Dialah Soesalit  putra Bupati Rembang yang berpasangan dengan RA Kartini.

RA Kartini bersama Suami Bupati Rembang

Kerap kali kita menyaksikan anak pejabat tinggi negara yang meraih kesuksesan, seperti mencari kerja atau kekuasaan, dengan mengandalkan nama besar orang tuanya.  Seperti menjual  nama besar orang tua, orang lain diharap makin mengenal si anak hingga tumbuh simpati dan hormat kepadanya.   Walau demikian, para anak pejabat, atau mungkin sebagian dari kita yang melakukan hal yang sama, perlu belajar dari tokoh satu ini, yaitu Soesalit.

Soesalit Anak Sewata Wayang R.A Kartini 

Tidak seperti ibu kandungnya, R.A. Kartini, namanya dikenal oleh masyarakat Indonesia. Soesalit memang tidak begitu dikenal, tetapi, keredupan nama Soesalit disebabkan oleh keputusannya sendiri yang tidak ingin menaiki tangga kesuksesan bermodalkan nama besar ibunya Kartini.   Soesalit anak Sewata Wayang RA Kartini, yang tidak mengenal Ibunya karena RA Kartini meninggal setelah melahirkan.   Pada masanya, Soesalit jadi anak cukup beruntung. Dia lahir dari keluarga pejabat sebab ayahnya Raden Mas Adipati Ario Djojadiningrat bertugas sebagai Bupati Rembang. Kelak, sejarah juga mencatat sang ibu, Kartini, menjadi orang besar karena punya pemikiran visioner melampaui zaman.

Meski begitu, Soesalit tak mau mengandalkan nama besar kedua orang tua untuk meniti kehidupan. Wardiman Djojonegoro dalam Kartini (2024) menceritakan, Soesalit sebenarnya berhak menggantikan ayahnya sebagai bupati. Namun, dia mantap menolaknya. Banyak saudara yang berulangkali meminta Soesalit menjadi penerus sang ayah, tapi jawabannya berujung penolakan.  Soesalit justru 
memilih masuk tentara pada 1943. Dia dilatih oleh tentara Jepang dan kemudian tergabung sebagai tentara Pembela Tanah Air (PETA). 
Orang Tua Soesalit, Soesalit Kecil dan Soesalit Dewasa

Ketika Indonesia merdeka, Soesalit praktis menjadi bagian Tentara Keamanan Rakyat Republik Indonesia. Dari sini, kariernya perlahan moncer, Soesalit selalu terlibat dalam beberapa pertempuran melawan Belanda yang lantas membuatnya cepat naik pangkat. Begitu juga namanya yang makin terkenal.

Puncak kesuksesan sebagai tentara terjadi pada 1946. Dirinya diangkat menjadi Panglima Divisi II Diponegoro yang memimpin pasukan terpenting karena bertugas menjaga ibukota negara di Yogyakarta.   Bahkan, dia juga pernah beberapa kali memegang jabatan sipil. Salah satunya sebagai penasehat Menteri Pertahanan di Kabinet Ali Sastro pada 1953.   Saat ini terjadi, jarang orang mengetahui kalau Soesalit adalah anak dari tokoh besar RI bernama R.A Kartini. Dia memang sengaja tak menjual nama besar ibunya.

Padahal, sepanjang dia hidup, kisah-kisah Kartini berulangkali menjadi inspirasi dan terus diceritakan banyak generasi terkait perempuan penuntut kesetaraan lewat surat-suratnya. Bahkan, kala itu sudah populer lagu mengenai ibunya berjudul Ibu Kita Kartini,  buatan W.R Soepratman yang terus dinyanyikan banyak orang.  Atasan Soesalit, Jenderal Nasution, menjadi saksi bagaimana dia memang tak mengumbar nama orang tua. Nasution melihat ketika tak lagi bertugas, Soesalit lebih memilih hidup melarat sebagai Veteran. 

Dia tak meminta hak-haknya sebagai Veteran.   Kata Nasution, dikutip dari Kartini: Sebuah Biografi (1979), dia bisa-bisa saja hidup tak melarat dengan berkata bahwa dia adalah satu-satunya putra Kartini. Dengan begitu, banyak orang akan menaruh simpati sehingga bisa mengubah hidup jenderal bintang dua tersebut.  Namun, Soesalit tetap memegang prinsip yang dia tanamkan dari awal: tidak mau mengutarakan bahwa dirinya keturunan Kartini.    Akibat prinsip ini, pria kelahiran Rembang ini tetap melarat sampai tutup usia pada 17 Maret 1962.    Kalau kita buka https://images.app.goo.gl/pSC8iCoXGajuFUhE6 , Pangkat terakhir Soesalit adalah Mayor Jendral TNI (TMY)





Sabtu, 22 Februari 2025

WEBINAR LVRI DALAM HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE 113

Dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke 113 tahun 2021, Markas Besar (Mabes) Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) menyelenggarakan Webinar Nasional dengan Keynote Speaker, Ketua Umum LVRI, Mayen TNI (Purn) Syaiful Sulun dan Narasumber Mayen TNI MAR (Purn) Dr. Nono Sukarno MTh dari LVRI, Dr. M Irhas Effendi MS, Rektor UPN Veteran Yogyakarta dan Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tanggal 25 Mei  2021.
Ketum DPP LVRI Mayor Jendral TNI (Purn) Syaiful Sulun

Webinar yang dimulai pada pukul 10.00 WIB dengan Host Marsda TNI (Purn) Tumiyo SE,  moderator Irjen Pol (Purn) Drs. Zainal Abidin Ishak, SH diikuti oleh para Taruna Akademi  TNI AD, TNI AL, TNI AU dan POLRI, Mahasiswa UPN Veteran Jogja, UPN Veteran Jakarta, UPN Veteran Surabaya, Jajaran Pengurus DPP dan DPD LVRI seluruh Indonesia, Ketua  Umum Pimpinan Pusat Pemuda Panca Marga (PP PPM), Berto Izaak Doko dan jajaan, serta ketua-ketua PPM Provinsi se Indonesia.
Moderator Irjen Pol (Purn) Drs Zainal Ishak, SH

Ketum LVRI mengawali webinar yang mengambil tema “Dengan Semangat Kebangkitan Nasional , Kita Tingkatkan Implementasi Jiwa, Semangat dan Nilai Juang ’45” dengan penyampaian bahwa hari ini dalam upaya pembangunan meneruskan cita-cita kemerdekaan kita menghadapi tantangan baik dari dalam maupun dari luar.
“Kita tidak dapat menghindari tantangan baik dari dalam maupun dari luar, namun belajar dari keberhasilan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan dari penjajah, maka kita memerlukan landasan kuat yang mereka wariskan sebagai amanah yang harus kita jaga dan amalkan yaitu Jiwa, Semangat Nilai-nilai 1945,” ujar Saiful Sulun
“Amanah para pendiri bangsa bahwa negara yang kita bangun berdasarkan Pancasila, bukan liberal, komunis atau agama,” lanjutnya
Ketum LVRI juga mengingatkan bahwa Pancasila adalah kekuat dan pemersatu bangsa adalah warisan yang harus terus dijaga dan dilanjutkan, selain rasa cinta tanah air, rela berkorban, pantang menyerah.
“Sebagai generasi penerus bangsa kalian [pemuda] 10 sampai 20 tahun kedepan akan menjadi pemimpin negeri ini, jangan lupakan warisan para pejuang pendahulu, maknai dengan baik kebangkitan nasional yang sesungguhnya melalui sikap cinta tanah air, rela berkorban, pantang menyerah dan percaya pada kekuatan sendiri, karena hanya itulah yang dapat menjamin tegak dan utuhnya NKRI,” pungkasnya.
Narasumber pertama Nono Sukarno dari LVRI memaparkan arti pentingnya sikap dan penjiwaan kebangkitan nasional pada peringatan ke 113 yang dipelopori para pemuda yang tergabung dalam Boedi Oetomo 1908.

Nara Sumber Mayjen TNI Mar (Purn) Dr. No no Sukarno MTH

Awal abad ke 20 tepatnya 20 Mei 1908, dalam kondisi penderitaan akibat penjajahan membuat sekelompok anak muda mahasiswa bangkit rasa kepeduliannya melihat kondisi nyata dan berupaya bagaimana mengangkat harkat dan martabat bangsanya yang tertindas,” kata Nono
“Kebangkitan nasional dimaknai sebagai awal penyadaran beberapa pemuda terpelajar, bahwa melawan penjajahan dengan kekuatan fisik seperti yang terjadi sebelumnya hanya membuahkan kegagalan, maka mereka merubah strategi dengan perlawanan secara politis dengan membentuk organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, ekonomi bahkan keagamaan,” ujar Mayjen Marinir Purn kelahiran Solo ini.
Nono Sukarno berharap generasi muda menginspirasi para pejuang pendahulu dalam memperingati hari kebangkintan nasional kali ini untuk menghidupkan kembali Jiwa Semangat dan Nilai-nilai Juang 1945 dengan tetap memiliki rasa kepedulian, rasa keberanian antar pemuda di seluruh Nusantara.
“Kebangkitan nasional 1908 menjadi titik awal penyadaran pada penyatuan sikap yang 20 tahun kemudian tercetus dalam kongres Sumpah Pemuda 1928, satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa dilandasi cita-cita kemerdekaan yang tidak pernah padam, sehingga pada momentum yang tepat saat Jepang menyerah pada Sekutu dan kegagalan Inggris termasuk Belanda yang ingin kembali menguasai bangsa ini, maka 1945 pera pemuda mampu melepaskan dari penjajahan melaui perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia,” paparnya
Pada sesi penutup Nono Sukarno berpesan bahwa tantangan hari ini korupsi, kemiskinan, pengangguran, narkoba serta paham-paham radikalisme harus dilawan dengan mengamalkan nilai-nilai kejuangan JSN45
“Pemuda sebagai agen perubahan dan agen pembangunan harus memahami secara baik dan benar sejarah perjuangan pada pendahulu yang telah mewariskan sikap serta perilaku melalui JSN45. Lakukan yang terbaik dan jadikan nilai-nilaji juang sebagai karakter yang membedakan kita dengan bangsa lain,” pungkasnya.
Sementara M Irhas Effendi membahas tentang era industri 4.0 dan era society 5.0 yang harus dijalani dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang tangguh. ”Banyak dampak negatif, seperti perubahan lapangan pekerjaan, serta budaya literasi yang jauh berbeda. Namun dampak positif adalah munculnya lapangan pekerjaan yang belum ada sebelumnya,” kata Irham.

Nara Sumber  Dr. M Irhas Effendi MS, Rektor UPN Veteran Yogyakarta 

Salah satu yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi era otomasi pada 2030, kata Irham, mungkin adalah budaya literasi. Melihat fenomena society 5.0, jika nilai inti bangsa Indonesia adalah Pancasila lalu bagaimana strateginya khususnya dalam meningkatkan budaya literasi tersebut.
”Karena cukup dilematis, misalnya ketika teknologi pengetahuan melalui internet tidak sebanding dengan kedalaman pemahaman terlebih ada gap(kesenjangan) antar generasi boomer, milenial dan centenial,” paparnya.
Narasumber terakhir Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebut ada kesamaan antara kondisi 1908 yang saat itu dibawah tekanan penjajah dengan saat ini 2021 yang juga dalam tekanan perubahan dan tantangan zaman.
”Sama-sama dibawah tekanan penjajah, hanya cara dan tujuannya berbeda,” penjelasan Sri Sultan.
Untuk itu, dia menyarankan agar pemuda membangkitkan mutu pendidikan, sebab saat ini realitas pendidikan dirasakan jauh dari cita-cita pencerdasan bangsa.
Ada juga masalah tumpang tindih program, dan program bersifat karikatur serta kuatnya ego sektoral, belum ada sinergi antara sektor yang satu dengan sektor lainnya.
Sri Sultan juga membahas tentang data-data yang dirilis BPS sering tidak akurat sehingga tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur arahan. Belum lagi Bank Dunia kerap memberi arahan yang tidak cocok dengan kebutuhan di daerah.
Nara Sumber Sri  Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Menurut Sri Sultan ada 6 strategi untuk menjawab kegalauan bangsa yang saat ini sedang terjadi : 1. Bangkitkan Mutu Pendidikan; 2. Bangkitkan dari Kemiskinan; 3. Bangkitkan Kesadaran Peduli Lingkungan; 4. Bangkitkan Keserasian Pemulihan Ekononi dan Kesehatan; 5. Bangkitkan Pemerintahan Bebas Korupsi dan 6. Implementasikan JSN45 dengan sprit 1908
“Intinya pemerintahan harus bebas korupsi. Saat ini pemerintahan bebas korupsi di berbagai daerah masih sejauh bayangan, karena kuatnya jaringan korupsi. Untuk itu saya mendorong agar segenap penyelenggara pemerintah gencarkan pelaporan kekayaan pejabat publik untuk mengetahui apakah di dalam kekayaannya ada uang korupsi atau tidak,” tandas Sri Sultan
Pada penutup, Sri Sultan Hamengkubuwono X membacakan Puisi bertajuk Bangkitkan Kita
Bangkitkan Kita – Untuk maju, kita harus bangkit – Bangkit dari diam, dan bergerak. – Bangkit, agar kita berdaya. – Bangkit, karena kita percaya. – Marilah Saudara-Saudaraku, kita bangkit bersama agar hidup ini lebih bermakna.

Pola Webinar yang dilaksanakan oleh DPP LVRI, mungkin berbeda dengan Webinar pada umumnya.  Sasaran utama adalah untuk Taruna Akademi TNI POLRI serta Mahasiswa dari UPN Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya secara group atau kelompok.   Jumlah pengikut Webinar  tercatat ada  149 peserta, namun setiap peserta terutama untuk Taruna dan Mahasiswa, dimana setiap kampus mengikutkan sekitar 30 Taruna dan 30 Mahasiswa.  Total peserta dari Taruna dan Mahasiswa sekitar 210 personil.  Kemudian dari Pengurus DPP dan DPD LVRI maupun PPM sebagian secara group maupun kelompok ada 143 Peserta. 

Peserta diluar Taruna dan Mahasiswa terlihat ada  kelompok dan perorangan.   Tiap kelompok sekitar 2 sampai dengan 10 orang.   Total peserta dari jumlah personil mencapai lebih  500 orang.
Peserta dari Taruna Akademi TNI

Peserta dari Mahasiswa UPN Veteran 

Panitia Penyelenggara  Webinar

Kesibukan  Operator Webinar

(Disunting  oleh Marsda TNI Purn Tumiyo/akhir Mei 2021)