Judul merupakan pengalaman saat penulis menjadi Komandan yang memimpin Skadron Udara. Skadron Udara, adalah Satuan setingkat Batalion kalau di Angkatan Darat, dan merupakan Ujung Tombak Satuan apabila menghadapi peperangan. Pengalaman ini menurut penulis adalah merupakan pengalaman pertama dalam memimpin anak buah yang jumlahnya cukup banyak. Penulis mempunyai anak buah yang mempunyai latar belakang yang berbeda beda, ada Air Crew, Ground Crew maupun Pendukung lainnya, serta umur dari yang baru masuk tentara sampai yang menjelang pensiun. Ada yang masih bujang ada yang sudah berkeluarga. Selain masalah kedinasan tidak sedikit keluarga anak buah yang menghadapi masalah. Sebagai Komandan harus mampu memecahkan masalah baik masalah dinas maupun masalah keluarga.
Penulis sejak lulus dari AKABRI masuk Sekolah Penerbang dan selulus dari Sekolah Penerbang langsung ditempatkan di Skadron Udara. Karena penulis sebagai penerbang, diawali sebagai Co Pilot, Capten Pilot, Instruktur Pilot, Test Pilot dan menjadi Komandan Skadron. Sampai menjadi Komandan Skadron, penulis sempat sekali meninggalkan Skadron itupun sebagai Instruktur Pilot di Sekolah Penerbang selama dua tahun. Setelah itu kembali ke Skadron, dan penulis tahu persis liku-liku kehidupan di Skadron Udara. Selama di Skadron Udara mengalami sekitar enam Komandan Skadron. Selama itulah penulis belajar, melihat dan memahami persis cara para Komandan Kelola Skadron Udara.
Penulis memang selalu tertarik tentang kebersamaan dan kesejahteraan. Soal kebersamaan bukan hal yang asing, karena sebagai prajurit harus selalu bersama dalam hadapi penugasan. Kenapa masalah kesejahteraan menjadi perhatian, karena saat menjadi Komandan kondisi kehidupan prajurit sangat memprihatinkan. Gaji masih kecil dan kebutuhan untuk keluarga pasti banyak, untuk biaya anak Sekolah maupun biaya lainnya. Sejak masuk Skadron Udara dimana Skadron Udara Transport yang membawahi pesawat Dakota, pesawat Cessna dan pesawat Casa tentunya latar belakang mereka juga berbeda-beda. Penulis banyak belajar kepada yang lebih tua dan sengaja cari masukan dari mereka. Apalagi saat stanby diluar home base, sering ngobrol macam - macam. Ternyata diajak ngobrol tentang kesejahteraan mereka pun tertarik dan mengharapkan ada perhatian dari para pemimpin.
Sebelum menjadi Komandan, penulis hanya mengamati, ternyata setiap tengah bulan, banyak anggota terutama yang bukan Air Crew untuk makan siang pada kasbon di kantin. Untuk Air Crew, soal makan siang tidak ada masalah karena mereka mendapat Extra Fooding untuk menjaga stamina mereka. Sebetulnya sesuai ketentuan, extra fooding itu harus dihabiskan dan menunya standart ada susu, roti, telor dan makanan lainnya yang harus memenuhi kalori yang dibutuhkan. Namun dari kebijakan turun temurun diterimakan dalam bentuk uang yang nilainya sekitar Rp 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah). Untuk di Skadron Udara dimana penulis bertugas, Extra Foodiing diwujudkan makan siang bersama secara prasmanan dg indek Rp 1.000,00 (seribu rupiah) dan para Air Crew masih mendapat sisa Rp 1.500,00 (seribu lima ratus rupiah).
Makan siang secara prasmanan dengan indeks Rp 1.000,00 (seribu rupiah) sudah lebih dari cukup karena satu porsi makanan di kantin berupa soto, bakso, gulai maupun nasi rames hanya Rp 500,00 (lima ratus rupuah). Setelah menjadi Kimandan, penulis adakan pendekatan kepada para Air Crew, mengajak atau menyisihkan uang Extra Flooding untuk membantu anggota yang tidak mendapatkannya. Dari sekitar 150 Anggota Skadron, Air Crew sekitar 60 Anggota dan yang non Air Crew sekitar 90 Anggota. Dengan menyisihkan Rp 500,00 (lima ratus rupiah) berarti masih ada 30 Anggota yang belum terpecahkan. Penulis saat itu menyanggupi untuk 30 Anggota yang belum terpecahkan menjadi tanggung jawab Komandan.
Alhamdulillah tercapai kesepakatan, seluruh Air Crew siap mendukung para Ground Crew maupun Kelompok Pendukung lainnya untuk ikut makan gratis dengan indeks Rp 500,00 (lima ratus rupiah). Untuk Air Crew, mereka masih mempunyai kelebihan Rp 1.000,00 (seribu rupiah). Mulai saat itulah seluruh Anggota Skadron bisa makan siang gratis. Untuk Air Crew tetap makan siang secara prasmanan dan untuk selain Air Crew makan siang gratis di kantin. Prinsip penulis saat itu adalah Kepedulian. Ternyata dengan kepedulian yang semula selain Air Crew setiap tengah bulan pada kasbon di kantin untuk makan siang, mulai saat itu tidak ada yang kasbon lagi.
Saat Presiden Prabowo sewaktu kampanye mencanangkan Makan Siang Gratis untuk anak-anak sekolah, Penulis jadi ingat tahun 90 an saat sebagai Komandan Skadron sudah melakukan program makan siang gratis untuk seluruh Anggota Skadron. Langsung mendukung dan membuat tulisan http://tumiyohaji.blogspot.com/2024/02/makan-siang-gratis-bukan-keniscayaan.html. (Penulis adalah Marsda TNI Purn Tumiyo, mantan Komandan Skadron Udara 4, mantan Komandan Lanud Abdulrachman Saleh, Jabatan terakhir sewaktu masih aktif sebagai Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi)