Ketiga pesawat tersebut dengan susunan crew nya sebagai berikut :
K5Y Cureng No.2 diawaki oleh Kadet Udara 1 Sutarjo Sigit dengan Rear Gunner Sutarjo.
Ki-51 Guntei diawaki oleh Kadet Udara 1 Mulyono dengan Rear Gunner Abdulrachman.
Ki-43 Hayabusha diawaki oleh Kadet Udara 1 Bambang Saptoaji. (Batal Terbang)
Sebutan Kadet berarti mereka masih Taruna, masih Siswa Penerbang belum berstatus Penerbang. Mereka baru bisa terbang, konon belum ada 20 jam terbang. Seorang dinyatakan sebagai Penerbang sebagai contoh penulis setelah mempunyai sekitar 125 jam terbang.
Latar belakang penyerangan tersebut dikarenakan Belanda melanggar Perjanjian Linggar Jati dan Belanda menyerang beberapa wilayah di Indonesia yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda I dari 21Juli sd 5 Agustus 1947. Dengan adanya Agresi Muliter Belanda yang juga membombardir Pangkalan Udara Maguwo, para Kadet dengan rekan rekan tehnisi, mempersiapkan pesawat latih mereka untuk melaksanakan serangan balasan.
Ilustrasi serangan ini pada saat pandemi Covid 19 kemaren dibuat Film dengan Judul Kadet 47. Pembuatan Film tentunya atas sepengetahuan Keluarga Besar Pelaku sejarah.
Film ini tayang perdana saat Covid 19 tahun 2021, sehingga dalam penutaran selalu gunakan protokol kesehatan
Kebetulan penulis sesama penggerak medsos bersama salah satu putri pelaku sejarah Bpk Suharnoko Harbani (Maya Suharnoko Harbani). Saat penayangan Perdana tahun 2021, Penulis diundang Nobar oleh Maya Suharmoko untuk ikut menyaksikan Film Kadet 47. Mengingat masa pandemi Covid 19, studio untuk 100 penonton hanya diisi 25 undangan.
Kenangan Nobar Film Kadet 47 bersama putri Bpk Alm Suharnoko Harbani dari Purn AU Bpk Marskal TNI Purn Imam Sufaat dan Penulis
Peristiwa Serangan 29 Juli 1947 ini selalu dilakukan oleh para Instructor Penerbang dengan penerbangan Napak Tilas. Dimana Para Instruktur Penerbang berpakaian ala Penerbang kala itu dan dilakukan di pagi buta juga. Tentunya pesawat yang di gunakan lebih canggih dan memenuhi syarat untuk terbang malam. Para Instruktur Penerbang kemampuan nya jauh diatas para Kadet saat itu karena sudah mempunyai ratusan jam terbang bahkan ribuan jam terbang.
Serangan 29 Juli 1947 ini sangat Heroik, dilakukan oleh Kadet yang masih minim jam terbang, masih muda muda, umur dibawah 20 tahun, tetapi semangat luar biasa. Serangan pendadakan, bisa menghancurkan Markas Belanda di Semarang, Ambarawa dan Salatiga. Bagaimana tidak Heroik, Penyerangan dilakukan oleh Pesawat yang Pilotnya masih para Kadet dan Pengebomnya hanya dengan dilempar langsung. Pengebom memangku Bom sejak dari TO, tidak memikirkan bila Bom meledak dalam pesawat. Penulis kebetulan saat ini sebagai Pengurus DPP LVRI, dimana Tupoksi nya untuk mewariskan JSN 45 (Jiwa Semangat Nilai 45), berusaha memasukkan Nilai Heroik Serangan Udara Pertama AURI 29 Juli 1947 masuk materi JSN 45.
Sayang keberhasilan para Kadet di pagi hari, sorenya terjadi serangan membabi buta oleh Pesawat P 40 Kittyhawk Belanda ke pesawat Dakota VT CLA dari Singapore ke Maguwo, yang membawa obat obatan PMI. Dalam pesawat ada Komodor Udara Adi Sucipto, Komodor Udara Prof Dr Abdulrachman Saleh dan Adi Sumarmo Wiryokusumo, ketiganya gugur.
Oleh sebab itu tanggal 29 Juli diabadikan sebagai Hari Bhakti TNI AU (Renungan di Hari Bhakti TNI AU 29 Juli 2023 oleh Marsda TNI Purn Tumiyo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar